Tari Buyung Kuningan

Tari Buyung adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Indonesia. Tari buyung merupakan tari adat dengan nilai simbolik rasa syukur terhadap nikmat Tuhan tentang alam semesta yang indah permai yang bermanfaat bagi manusia, yang salah satunya air.

Tari buyung dilakukan masyarakat Cigugur, Kabupaten Kuningan pada saat upacara Seren Taun yang diselenggarakan pada bulan Rayagung untuk penanggalan Jawa. Gerakan yang ada pada tari Buyung mengandung makna tersirat yaitu diantaranya menginjak kendi sembari membawa buyung di kepala mengandung ungkapan Dimana bumi dipijak disitu langit  dijunjung.

Tari Buyung Kuningan, Tari, Buyung, Kuningan, Tari Buyung, Tari Kuningan, Kesenian, Kesenian Kuningan, Buyung
Tari Buyung Kuningan sumber rizkybeanpratama.wordpress.com

Buyung merupakan alat terbuat dari logam atau tanah liat, digunakan oleh warga zaman dulu, biasanya perempuan yang menggunakannya, untuk mengambil air dari danau, mata air, sungai, atau sumber air lainnya. Konon, gerak lembut dan nuansa ketika bulan purnama menjadi dasar terciptanya tari buyung yang mengetengahkan kisah tentang gadis desa yang mandi dengan temannya kemudian mengambil air di pancuran Ciereng menggunakan buyung.

Tentunya membawa buyung diatas kepala menuntut keseimbangan, hal ini memberikan makna bahwa dalam kehidupan ini perlu adanya keseimbangan, antara perasaan dan pikiran. Pementasan tari buyung menggunakan formasi Jala Sutra, Bale Bandung, Nyakra Bumi, Nugu Telu, dan Medang Kamulan mengandung nilai akan makna yang menyiratkan bahwa masyarakat petani di wilayah Sunda adalah masyarakat yang religius. Tuhan diyakini sebagai sumber hidup dan kehidupan. Sedangkan manusia merupakan mahluk ciptaan yang menghuni bumi dengan ciptaan yang paling sempurna di antara mahluk ciptaan Tuhan yang lain.

Alam sekitar penuh dengan energi. Alam akan selalu bereaksi terhadap tingkah laku manusia, dan ikut mempengaruhi karakter jiwa dalam keseharian manusia. Eksistensi manusia di alam makrokosmos sebagai hal yang tersusun hierarkis. Sehingga, secara moral manusia selalu dituntut untuk mampu menyelaraskan hidupnya dengan alam, yaitu antara mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (alam raya) untuk menghasilkan kesadaran terhadap penghayatan iman terhadap kebesaran Tuhan Sang Maha Pencipta.
Tari Buyung Kuningan, tari, buyung, kuningan, tari buyung, tari kuningan, buyung kuningan
Tari Buyung Kuningan sumber foto riyantiwikara.wordpress.com

Tari Buyung Kuningan, Tari, Buyung, Kuningan, Tari Buyung, tari Kuningan
Tari Buyung sumber pixoto.com
Dalam tari buyung, manusia diajak untuk lebih dekat dengan alam dan mencintai sebagai sahabat yang harus terus berjalan bersama. Di dalam upacara Seren Taun, tari buyung digunakan sebagai upacara syukur atas Kemurahan Tuhan. Sedangkan Seren Taun dilakukan sebagai penghormatan sekaligus syukuran atas hasil bumi terhadap Dewi Sri/Dewi Padi yang memberikan kesuburan lahan pertanian. Maka dalam upacara Seren Taun, umbi-umbian, buah-buahan, padi, dan hewan ternak selalu ada sebagai simbol syukur tersebut.